Penyebab paling utama terjadinya pencemaran air di sepanjang aliran Sungai Brantas adalah karena Limbah domestik serta limbah industri. Oleh karenanya, air yang melintas di kawasan perkotaan serta kawasan industri kualitasnya akan terus menurun.
Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Utama Perum Jasa Tirta I, Raymond Valiant Ruritan. Menurutnya, salah satu limbah domestik yang lumayan berbahaya adalah penggunbaan sabun atau deterjen serta pemakaian pestisida yang juga berpengaruh cukup besar terhadap pencemaran air.
Raymod mengatakan “Pemakaian deterjen tentu saja menyebabkan air mengandung banyak sekali kandungan hidrokarbon. Kita tahu bahwa penggunaan pestisida bisa mematikan bila terakumulasi”. Kendati demikian, Raymond menyampaikan bahwa kualitas air di sepanjang aliran Sungai Brantas stagnan dalam beberapa waktu terakhir ini, yakni tidak bertambah buruk dan tidak bertambah bagus.
“Kita bisa katakan kualitas air tidak menjadi lebih buruk belakangan ini,” jelasnya. Dalam waktu dekat, pihaknya akan melakukan studi terhadap pencemaran air yang terjadi di sepanjangan aliran Sungai Brantas. Kajian itu untuk mengukur penyebab pencemaran itu terjadi. Sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2000 menyebutkan bahwa “60 persen pencemaran yang terjadi di sungai diakibatkan oleh limbah domestik. Sisanya, sebesar 40 persen berasal dari limbah industri”.
“Sebuah studi yang dilakukan sekitar tahun 2000, menyatakan bahwa sebesar 60 persen beban limbah yang masuk ke dalam sungai merupakan limbah domestik dan hanya 40 persen saja yang berasal dari industri, itu di bagian hulu Sungai Brantas,” ujar Raymond. Dalam studi nanti, pihaknya akan kembali mengukur persentase seberapa besar limbah yang masuk ke sungai. Studi tersebut akan melibatkan akademisi dari perguruan tinggi.
“Kami Perum Jasa Tirta akan melakukan pengecekan ulang untuk mengetahui apakah muatan limbah yang masuk ke sungai masih sebagian besar berasal dari rumah tangga atau sudah beralih ke arah industri. Ini akan kami lakukan pada tahun ini,” ungkapnya.
Penanganan limbah di indonesia masih sulit untuk di kontrol oleh pemerintah, mengingat kurangnya kesadaran terutama dari masyarakat indonesia sendiri terhadap kelestarian lingkungan terutama air. Melihat masalah tersebut, indonesia harus mencontoh negara jepang yang membuat berbagai macam produk yang ramah lingkungan. Sebagai contoh produk deterjen teknologi terbaru dari Jepang, Class One.
Class One merupakan deterjen yang dapat digunakan sebagai degreaser, oil stain removal untuk industri atau bahkan sabun pembersih yang dapat digunakan untuk rumah tangga. Sabun ini sangat efektif, tidak hanya menghilangkan tapi juga mampu mengurai minyak hingga ukuran nanometer. Sehingga ketika limbah hasil membersihkan minyak dibuang ke sungai, limbah tersebut dapat dimakan oleh microorganisme di dalam air.
Penggunaan produk-produk eco-friendly merupakan salah satu salusi yang tidak hanya mencegah terjadinya pencemaran pada lingkungan tapi juga membantu melestarikan lingkungan untuk generasi selanjutany.
Sumber: Kompas.com
Komentar
Posting Komentar